Rabu, 17 Maret 2010

AL TSABAT FI AL DIIN


Dikisahkan pada masa pemerintahan kholifah Umar bin Abdul Aziz, beliau mengirimkan pasukan untuk menyerang negara Rum (Itali) untuk memperluas wilayah dan menyebarkan agama Islam. Melihat hal yang demikian penguasa Rum tidak tinggal diam, dia pun menyiapkan sejumlah pasukan untuk mengatasi pasukan umat Islam. Pertempuran sengit pun terjadi antara pasukan Islam dan pasukan Rum. Namun kali ini pasukan Islam mengalami kekalahan, dan sebanyak 20 orang tentara ditawan oleh pasukan Rum.
Setelah peperangan selesai para tawanan pun dihadapkan pada kaisar Rum. Kaisar Rum kemudian mengajukan tawaran pada salah satu tawanan tersebut, yaitu memilih diantara masuk agama yang dianut oleh kaisar Rum kemudian dijadikan menjadi salah seorang gubernur diwilayah kekuasan Rum serta mendapatkan harta benda yang melimpah atau memilih untuk mati bila menolak tawaran tersebut. Mendapat tawaran yang menggiurkan dari kaisar, dengan lantang tawanan tadi menolak tawaran tersebut "aku tidak akan menjual agamaku dengan harta benda" jawab tawanan tersebut. Mendengar jawaban tersebut kaisar menjadi sangat marah,
kemudian menyuruh pengawalnya untuk menghukum mati tawanan tersebut dihadapan orang banyak. Tak lama kemudian tawanan itu telah berada ditengah alun-alun untuk menjalani hukuman mati. Dengan sekali tebas dari algojo, kepala dari tawanan tersebut terpisah dari badannya. Namun sejurus kemudian terjadi peristiwa yang mencengangkan, kepala yang telah jatuh ketanah tiba-tiba berputar-putar mengelilingi alun-alun sebanyak tiga kali sambil membaca ayat:
ياأيتها النفس المطمئنة ارجعي الى ربك راضية مرضية فادخلي في عبادي ادخلي جنتي
"wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan puas lagi diridloi-Nya, maka masuklah kamu pada golongan hamba-hamba-Ku, masuklah kedalam surga-Ku"
Setelah berkeliling alun-alun sebanyak tiga kali, kepala itu pun berhenti dipinggir alun-alun dengan menampakkan rona penuh kegembiraan dan tampak tersenyum.
Kaisar dan penduduk yang hadir terheran-heran dengan kejadian yang tidak biasa tersebut. Bukannya mendapat petunjuk dengan kejadian tersebut, justru kaisar semakin marah dan menyuruh pasukannya untuk mengambil salah satu tawanan lagi untuk dihadapkan kepadanya. Tak lama kemudian datanglah pasukannya dengan membawa seorang tawanan. Sama seperti yang pertama tawanan inipun diiming-imingi dengan kedudukan yang tinggi dan harta yang melimpah jika dia mau keluar dari agama yang dianutnya dan mengikuti agama kaisar dan bila dia menolak maka dia akan dibunuh sebagaimana temannya yang pertama. Namun dengan lantang tawanan kedua ini menjawab "aku tidak akan menjual agamaku, engkau punya kekuasaan untuk memenggal kepalaku, tapi tidak punya kekuasaan untuk memenggal imanku". mendengar jawaban tersebut kaisar pun langsung memerintahkan pasukannya untuk menyeret tawanan tersebut untuk dieksekusi ditengah alun-alun sebagaimana yang pertama. Algojo pun sudah siap dengan pedang yang terhunus untuk memenggal tawanan tersebut. Sejurus kemudian terpisahlah kepala tawanan tersebut dari badannya begitu pedang yang tajam tersebut menyabet leher dari tawanan itu. Kejadian sebagaimana yang pertama pun terulang, kepala tawanan tersebut berputar mengelilingi alun-alun sebanyak tiga kali sambil membaca ayat:
فهو في عيشة راضية في جنة عالية قطوفها دانية
"maka dia dalam penghidupan yang diridloi, di dalam surga yang tinggi yang buahnya mudah untuk dipetik"
Setelah mengitari alun-alun senyak tiga kali sambil membaca ayat di atas, kepal tawanan kedua ini lalu berhenti di samping kepala pertama dengan rona wajah yang memancarkan kebahagiaan.
Kejadian kedua ini semakin membuat takjub penduduk Rum terhadap umat Islam. Sedangkan kaisar menjadi semakin penasaran dengan keteguhan orang Islam dalam mempertahankan agamanya. Akhirnya kaisar memanggil tawanan yang ketiga. Seperti yang sudah-sudah tawanan inipun ditawari sebagaimana tawaran yang diajukannya pada tawanan pertama dan kedua. Namun kali ini tampaknya kaisar mendapat jawaban yang memuaskan, karena tawanan tersebut menyetujui dengan apa yang ditawarkan oleh sang kaisar. Kemudian kaisar memerintahkan perdana menterinya untuk memberikan hadiah yang sudah dijanjikan oleh kaisar kepada tawanan tersebut. Tapi perdana menteri ini ternyata orang yang licik, dia tidak begitu saja percaya pada ucapan tawanan tersebut. Diapun menyarankan agar sang kaisar menguji lagi kebenaran kata-kata yang diucapkan oleh tawanan tersebut. Kaisar pun menyetujui usul dari perdana menterinya tersebut, sebagai ujian pada tawanan ketiga ini kaisar menyuruhnya untuk membunuh salah seorang temannya, jika itu berhasil ia lakukan maka hadiah yang dijanjikan oleh kaisar akan diberikan kepadanya.
Karena sudah gelap mata demi iming-iming hadiah dari kaisar, tawanan ketiga ini dengan tanpa ragu membunuh salah seorang tawanan yang notabenenya adalah saudaranya sendiri setelah terlebih dahulu murtad dengan menerima tawaran dari kaisar. Melihat kejadian ini kaisar menjadi semakin yakin dengan niat dari tawanan ketiga tersebut dan menyuruh perdana menterinya untuk segera menyerahkan hadiah yang telah dijanjikan kepada tawanan tersebut. Namun ternyata ujian ini hanyalah merupakan salah satu siasat dari perdana menteri yang licik untuk menjebak tawanan tersebut. Sejurus kemudian sang perdana menteri mendekati kaisar dan berkata "yang Mulia orang ini sudah gila, demi membuktikan perkataannya dia bersedia membunuh saudaranya sendiri, bagaimana mungkin orang yang tidak bisa menjaga amanat saudaranya dapat kita percayai begitu saja". Mendengar ucapan perdana menteri kaisar terdiam sambil memikirkan ucapan dari perdana menterinya tersebut. Setelah terdiam cukup lama akhirnya kaisar memutuskan untuk menghukum mati tawanan tersebut. Banjir darah kembali terjadi di alun-alun. Kepala tawanan ketiga terjatuh setelah sabetan pedang algojo menebas batang lehernya. Kembali kejadian sebagaimana yang pertama dan kedua terulang. Kepala tersebut mengitari alun-alun sebanyak tiga kali sambil membaca ayat:
أفمن حق عليه كلمة العذاب أفانت تنقذ من في النار
"apakah orang yang sudah dipastikan mendapat adzab, apakah engkau dapat menyelamatkan orang yang ada di neraka"
Setelah selesai kepala tersebut berhenti dipinggir alun-alun. Namun anehnya kepala tersebut tidak berhenti tepat disamping kepala dari dua rekannya yang terdahulu. Dan dari kepala tersebut menunjukkan rona penyesalan karena telah menjual agamanya dan mati dalam keadaan su'ul khotimah, berbeda dengan kedua saudaranya yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah karena tetap memegang agama Islam apapun yang terjadi.
Walhasil, dari kisah panjang di atas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa kita sebagai umat islam dalam keadaan yang bagaimanapun harus tetap memegang teguh ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dan tidak menjualnya dengan harga berapapun, walaupun dengan tawaran seluruh harta yang ada didunia ini, karena kehidupan didunia ini hanyalah sementara sedangkan kehidupan diakhirat adalah kehidupan yang tiada akhirnya. Jadi kenikmatan sesaat yang ada didunia tidak sebanding dengan siksaan yang abadi yang ada di akhirat. Dan bisa jadi dengan menjual agama kita, didunia tidak mendapat kenikmatan di akhirat mendapat siksaan, kalau boleh diibaratkan sudah jatuh tertimpa tangga, sebagaimana kisah tawanan yang ketiga sudah tidak mendapat hadiah, di akhirat dia medapat siksa karena keluar dari agama Islam. Sekali lagi dalam keadaan apapun baik senang, susah, lapang dan sempit kita harus tetap memegan teguh agama kita dan tidak silau dengan gemerlapnya dunia, dan senantiasa meminta perlindungan dari Allah SWT dari godaan syaitan dan sekutunya, dan memohon kepada-Nya supaya hati kita ditetapkan dijalan yang diridhoi-Nya. Wallahu a'lamu bis showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar