Rabu, 08 September 2010

TOBAT MUSIMAN


Tidak terasa sebentar lagi bulan puasa tentunya bagi kita kaum muslimin itu merupakan hal yang menggembirakan, karena kita dapat kembali bertemu dengan bulan yang mulia yaitu Ramadlan. Walaupun tidak termasuk bulan yang masuk kategori asyhurul hurum tapi Ramadlan merupakan bulan yang istimewa bagi kaum muslimin, karena bulan tersebut merupakan bulan yang diberikan khusus kepada kita umat Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wasallam dan tidak diberikan kepada umat-umat yang lain, sebagaimana sabda Nabi sallahu ‘alaihi wasallam:
رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر امتي
“Rojab merupakan bulan Allah, sya’ban adalah bulanku (nabi Muhammad) dan Ramadlan adalah bulan umatku”
jadi sudah sepantasnya kita merayakan kedatangan bulan tersebut dengan penuh kegembiraan sebagaimana sabda Nabi sallahu ‘alaihi wasallam :
من فرح بدخول رمضان غفر ماتقدم من ذنبه
“barang siapa yang gembira dengan datangnya bulan Ramadlan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”

Kegembiraan datangnya bulan Ramadlan tentunya dengan menambah amal-amal sholeh dan ibadah dibulan tersebut bukan hanya gembira-gembira saja tanpa adanya perwujudan kegembiraan tersebut. Atau istilahnya “tong kosong nyaring bunyinya” kita gembar-gembor mengatakan bahwa kita gembira dengan datangnya bulan Ramadlan tapi buktinya nol besar.
Tapi dibalik itu semua ada hal yang unik disetiap bulan Ramadlan, yaitu adanya istilah “tobat musiman”. Orang tentunya langsung paham dengan apa yang dinamakan tobat musiman. Atau bahasa sinetronnya “mendadak alim”, orang yang biasanya tampil terbuka pada bulan ini tiba-tiba saja tampil santun berjilbab, yang biasanya tidak pernah kemasjid tiba-tiba rajin bahkan mungkin mengalahkan yang biasanya pergi kemasjid dan sebagainya. Tentu saja itu merupakan hal yang patut kita syukuri karena naiknya kuantitas Ibadah dibulan Ramadlan. Kalau biasanya dibulan-bulan selain Ramadlan jama’ah hanya dua saf atau bahkan hanya Imam dan mu’ddzin saja, pada bulan Ramadlan jama’ah luber sampai serambi masjid. Paling tidak itu bisa mengurangi volume kemaksiatan yang ada. Tapi mungkin yang disayangkan adalah, ketika bulan Ramadlan sudah berlalu perubahan perilaku tersebut juga ikut berlalu, alias mereka kembali pada kebiasaan lama mereka, makanya banyak yang menyebut hal tersebut dengan sebutan “tobat musiman”. Karena tobatnya hanya pada bulan Ramadlan saja, setelah itu balik lagi pada kebiasaan lama.
Hal yang demikian bukanlah yang buruk, karena hal tersebut menunjukkan kalau mereka masih menghormati adanya bulan Ramadlan, dari pada orang yang sudah tidak menghormati adanya bulan Ramadlan, sehingga mungkin saja mereka bisa masuk dalam kategori orang-orang yang diampuni dosanya karena bergembira menyambut bulan Ramadlan. Tapi itu juga bukanlah hal yang baik, karena seharusnya apa yang kita lakukan dibulan Ramadlan, kita dawamkan (teruskan) dibulan-bulan berikutnya kalau bisa malah kita lebih rajin lagi bukannya malah kembali pada kebiasaan dibulan sebelum Ramadlan atau bahkan lebih parah lagi.
kita tentunya tidak bisa mengatakan orang ini hanya berpura-pura atau gengsi, malu dan sebagainya, sehingga kita mencibir dan meremehkan mereka. Justru ketika kita melakukan hal tersebut berarti kita merasa lebih baik dari mereka, padahal itu belum tentu, siapa tahu justru mereka lebih baik dari kita, sebagai mana firman Allah subhanahu wata’ala:
ياأيها الذين أمنوا لايسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيرا منهم ، ولانساء من نساء عسى أن يكن خير منهن ....الأية
“wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)……”(Q.S Al Hujurat ayat 11)
karena mereka mungkin merasa sudah banyak melakukan dosa sehingga inilah kesempatan mereka untuk bertobat dan mereka bersungguh-sungguh dengan niat tersebut dan Allah mengabulkan atau menerima taubat mereka sehingga pada bulan Ramadlan mereka benar-benar bersih, dan justru kita yang sibuk mengomentari dan menilai mereka tanpa sadar telah melakukan perbuatan tercela yang justru menurunkan kualitas ibadah kita atau bahkan menghilangkan pahala ibadah kita sehingga dibulan Ramadlan kita hanya memperoleh lapar dan haus dan kosong dari pahala, dan justru mereka yang kita nilai dengan pandangan kita justru memperoleh anugrah dari Allah subhanahu wa ta’ala. kita hanya bisa melihat yang dlohir-dlohir saja, kalau haliyah (perilaku) kesehariannya bagus ya..itulah yang terlihat adapun hakikatnya kita serahkan pada Allah subhanahu wata’ala sebagai dzat yang mengusai hal yang dhohir dan yang bathin. Sebagaimana sabda Nabi sallahu ‘alaihi wasallam :
نؤمر أن نحكم بالظواهر والله يتولى السرائر
“kita diperintahkan untuk menghukumi yang dhohir (yang kelihatan) sedangkan Allah lah yang mengusai segala sesuatu yang rahasia”
Jadi tentunya kita tidak bisa menilai niat atau tujuan orang tersebut, karena itu adalah masalah hati, hanya yang punya hati dan Allah lah yang tahu hal tersebut.
Walhasil, marilah kita sambut Ramadlan dengan hati gembira namun itu tidaklah cukup karena kegembiraan itu harus kita tampakkan dalam haliyah dhohir yang diimplementasikan dalam bentuk ibadah baik itu ibadah yang wajib maupun sunnah. Ibadah wajib dengan meningkatkan kualitas yang biasanya hanya yang penting sudah menggugurkan kewajiban kita tambahi menjadi lebih ada isinya dan lebih punya nilai. Sedang ibadah sunnah, mari kita perbanyak amal-amal sholeh baik itu baca al Qur’an, sedekah dll yang termasuk perbuatan yang baik. Dan juga yang tidak kalah penting jadikanlah bulan ini sebagai bulan instropeksi diri, janganlah kita sibuk menilai orang lain tapi nilailah diri kita sendiri sebelum menilai orang lain. Dan terakhir semoga Ramadlan kali ini kita mendapat ridla dari Allah subhanahu wata’ala dan kita dapat melanggengkan amal baik yang kita lakukan dibulan Ramadlan pada bulan-bulan lainnya dan semoga kita dapat berjumpa Ramadlan tahun depan. Amin..wallahu a’lamu bis showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar