Kamis, 18 Februari 2010

AWALILAH DENGAN BASMALAH


كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أقطع
"setiap seseuatu yang baik yang tidak dimulai dengan membaca bismillah maka sesuatu tersebut putus (kurang barokahnya)
Dari hadits diatas secara jelas diterangkan bahwa sesuatu baik itu pekerjaan atau yang lainnya yang baik maka dianjurkan membaca basmallah sebelum melakukan sesuatu tersebut. Lalu dari mana pemandangan hal tersebut baik atau tidak? Dalam hal ini sudut pandang mengenai baik dan tidaknya sesuatu hal tersebut ini menurut sudut pandang syari'at bukan yang lainnya. Karena terkadang sesuatu itu menurut kita baik tapi menurut syari'at belum tentu. Dan termasuk hal-hal yang baik adalah hal-hal yang mubah semacam makan, minum, tidur dll.
Dalam riwayat yang lain disebutkan
كل أمر ذي بال لايبدأ بحمد الله فهو أقطع
Dalam hadits diatas disebutkan dengan menggunakan hamdallah bukan basmallah. Lalu mana yang harus diikuti?

Dalam hal ini dijawab oleh para ulama' bahwa yang namanya permulaan itu ada 2 (dua) yaitu permulaan yang haqiqi dan permulaan idlofi. Permulaan haqiqi adalah suatu permulaan yang mana sebelumnya memang benar-benar tidak ada. Sedangkan permulaan idlofi adalah sebuah permulaan yang sudah diawali denga permulaan hakiki, namun ini tetap dinamakan permulaan dari suatu hal. Penggambarannya begini, kita contohkan dengan sholat, permulaan sholat adalah ketika melakukan takbiratul ihram namun sebelumnya kita melakukan yang namanya berdiri untuk takbiratul ihrom, takbirotul ihram adalah permulaan yang idlofi sedangkan pekerjaan yang berupa berdiri adalah permulaan yang hakiki.
Selain kedua hadits yang terdapat diatas masih adalagi satu riwayat yang berbunyi
كل أمر ذي بال لايبدأ بذكر الله فهو أقطع
Lalu menanggapi hal yang demikian ini bagaimana?
Hadits yang terakhir disebutkan ini justru malah menjadikan menjadikan masalah lebih mudah untuk diselesaikan. Kok begitu? Karena dari hadits yang ketiga ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam memulai suatu hal tidaklah terhusus pada basmallah atau hamdallah yang penting ada unsur dzikir pada Allah SWT, baik itu menggunakan basmallah atau hamdallah atau yang lainnya.
Namun walaupun begitu bagi kami yang lebih munasabah (cocok) untuk dijadikan permulaan adalah basmallah. Ini tidak lepas dari susunan basmallah yang dimuali dengan huruf ba' yang mempunyai arti isti'anah (meminta pertolongan dengan...) dalam hal ini yang dimintai tolong adalah Allah SWT. Secara logika dapat dipahami bahwa meminta tolong tentu lebih dulu dari pada berterima kasih, ditolong duru baru mengucapkan terima kasih. Jadi dari penggambaran diatas maka kami lebih condong bahwa yang lebih cocok dijadikan sebagai permulaan adalah basmallah. Walaupun boleh-boleh saja kalau mau memulai sesuatu dengan hamdallah atau bahkan dengan sesuatu yang ada unsur dzikir.
Namun perlu diingat, bahwa tidak semua hal yang baik itu hendaknya dimulai dengan basmallah, sehingga saking fanatiknya terhadap hadits diatas sehingga timbul kefahaman bahwa semua hal yang baik itu harus dimulai dengan basmallah. karena memang ada beberapa hal baik yang tidak usah dimulai dengan basmallah karena memang dari Rasulullah SAW diriwayatkan demikian. Contoh memulai salam kepada orang lain, hal ini sangat baik namun tidak usah dimulai dengan basmallah karena ada hadits yang berbunyi
السلام قبل الكلام
"salam itu sebelum berbicara"
Jadi, jika kita memulai salam dengan basmallah maka akan menghilangkan fadlilah keutamaan memulai salam, sehingga yang mendengarnya tidak wajib untuk menjawabnya. Dan banyak lagi hal-hal yang baik yang tidak perlu dimulai dengan basmallah yang keterangannya bisa anda baca di kitab-kitab fiqih atau terjemahannya. Bahkan dalam beberapa hal dimakruhkan memulai dengan basmallah jika hal-hal yang hendak dilakukan ini makruh dan bahkan diharamkan memulainya dengan basmallah, semisal melakukan kemaksiatan. Bahkan hal ini bisa mengakibatkan kufur jika di dalamnya ada unsur ihaanah (penghinaan) pada Allah SWT walaupun hal yang dilakukan tersebut termasuk kategori makruh.
Lalu bagaimana jika kita lupa membaca basmallah pada permulaan dan baru ingat pada pertengahan atau bahkan ketika hampir selesai melakuan hal tersebut?
Kesunnahan membaca basmallah ini menurut para ulama' masih berlaku sampai pada seseorang itu selesai melakukan suatu hal. Jadi ketika seseorang masih melakukan pekerjaan dan pekerjaannya belum selesai maka masih disunnahkan membaca basmallah.
Apa ini tidak bertentangan dengan hadits diatas yang mana dengan jelas menyebutkan kata-kata yubda'u yang mempunyai pengertian awal dari sesuatu?
Tentu saja tidak bertentangan, kalau mau lebih teliti kita pasti setuju dengan jawaban yang saya utarakan tadi. Memang benar hadits tersebut dengan jelas menyebutkan kata yubda'u namun jika kita lihat lebih teliti lagi setelahnya itu terdapat kata-kata fihi (فيه) yang mana huruf fi (في) dalam ilmu nahwu merupakan salah satu huruf jar yang mempunyai faidah dzorfiyyah yang berarti sebuah ruang. Penggambarannya begini, ibarat awal pekerjaan adalah pintu masuk maka akhir dari pekerjaan adalah pintu keluar. Jadi ketika seseorang masih masih melakukan suatu pekerjaan maka dia ibaratnya masih berada pada ruangan tersebut. Jadi dengan adanya kata fihi dapat diambil kesimpulan bahwa ketika seseorang melakukan suatu pekerjaan selama dia belum selesai melakukan pekerjaannya maka tetap disunnahkan membaca basmallah. Bahkan dalam satu keterangan disebutkan walaupun sudah selesai melakukan pekerjaanpun masih disunnahkan untuk membaca basmallah asal jarak antara ingat dan selesainya pekerjaan ini tidak berlangsung lama. Adapun bacaan basmallah ketika ingat belum membacanya pada permulaan adalah
بسم الله أوله وآخره
Keutamaan memulai basmallah ini tidak hanya berlaku pada pengucapan saja, hal ini juga berlaku ketika basmallah ini ditulis pada awal mula kita mau menulis sesuatu yang baik, semisal menulis ilmu-ilmu agama atau menulis hadits dll. Atau pada permulaan surat yang akan kita kirim kepada orang lain.
Adapun tentang penulisan basmallah ini ada sebuah riwayat yang menarik untuk disimak. Diterangkan dalam kitab I'rabu Al Qu'an juz 1 halaman 27, bahwa sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW orang-orang Quraisy pada permulaan surat mereka menulis dengan kata "bismika Allahumma" dan orang yang memulai menggunakan kata ini adalah Umayyah bin Abi Ash Sholt. Hal ini berlangsung terus-menerus sampai akhirnya turunlah ayat bismillah.
Dan sebuah keterangan yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Sa'du dalam kitab Thobaqot menyebutkan bahwa Rasulullah SAW dalam menulis surat itu mengikuti cara orang Quraisy yakni dengan memulai dengan "bismika Allahumma" sehingga turunlah ayat
وقال اركبوا بسم الله مجريها....الأية (هود: 41)
Maka setelah turunnya ayat tersebut maka Nabi SAW mengganti "bismika Allahumma" dengan "bismillah". Ini terus berlangsung sampai turun ayat
قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن ...الأية (الإسراء: 110)
Maka Nabi SAW menambahkan kata ar Rahman pada bismillah sehingga menjadi "bismillahirroman". Hal ini terus berlangsung sampai akhirnya turun ayat
إنه من سليمان وإنه بسم الله الرحمن الرحيم (النمل: 30)
Maka Nabi SAW menulis pada awal surat beliau dengan "bismillahirrohmaanirrohim".
Selain keterangan diatas masih banyak lagi hal yang bisa diulas dari basmallah ini. Diantaranya disebutkan dalam kitab al majaalisus Saniyyah menanggapi ayat
وعليها تسعة عشر
Yang menurut sebagian mufassirin menyebutkan bahwa ayat tersebut menjelaskan bahwa neraka jahannam mempunyai 19 Malaikat penjaga. Menanggapi ayat diatas dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa orang yang membiasakan membaca basmallah maka dia akan terlindung dari siksa 19 Malaikat tersebut, karena jika dihitung jumlah huruf yang tertulis dalam basmallah ini ada 19 jadi setiap satu huruf akan menahan 1 malaikat.
Dan masih banyak lagi faidah dan fadilah yang belum kami sebutkan yang bisa anda tengok di kitab-kitab salaf atau pada terjemah-terjemah kitab dan pada buku-buku yang menjelaskan tentang faidah-faidah basmallah. Wallahu a'lam bish Showab.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum akhi...
    izin copy artikelnya, syukran!
    Ade-Pwk

    BalasHapus